Minggu, 28 Oktober 2012

PELUANG BISNIS BUDI DAYA JAMUR TIRAM


Budidaya jamur dalam prospektif ekologi-ekonomi adalah salah satu proses siklus materi di ekosistem yang berdampak ekonomi. Budidaya jamur memanfaatkan limbah industri perkebunan, peternakan, kehutanan, dan pertanian sebagai “media proses” sehingga limbah tersebut mempunyai nilai ekonomis yang cukup besar bagi pendapatan masyarakat. Limbah-limbah tersebut diantaranya adalah serbuk gergajian kayu, jerami, bekatul, limbah jagung, limbah kelapa sawit, limbah kapas, limbah kopi, ampas sagu, ampas daun teh, kulit biji kacang-kacangan dan limbah-limbah lainnya termasuk baru-baru ini limbah ramie. Kegiatan budidaya jamur kini telah menjadi kegiatan industri tersendiri dalam skala usaha yang beragam. Di Indonesia komoditas jamur telah dibudidayakan sejak tahun 1955 dan saat ini juga telah tersebar di beberapa wilayah Indonesia, terutama di Jawa Barat (Subang, Indramayu, Karawang, Bogor), Jawa Tengah, DIY (Pakem, Kaliurang) dan Jawa Timur.
Di Indonesia varietas jamur yang dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomi ada 5 jenis utama. Pertama, jamur merang (Volvaria volvaceae) dibudidayakan di daerah Pantura Jawa mencapai 70% dari seluruh penyebaran di Indonesia, dan Sulawesi Selatan. Jamur ini paling banyak dikonsumsi dibanding jenis jamur lainnya. Kedua, jamur tiram putih (Pleurotus ostreotus) dibudidayakan di daerah Jawa Barat (Bandung, Cianjur, Sukabumi, Bogor, Tasikmalaya, Ciamis, Garut dan Kuningan). Ketiga, jamur Shiitake (Lentinus edodes) dibudidayakan di Kabupaten Bandung, Cianjur, Sukabumi, Solo dan Bali. Keempat, jamur kuping lokal (Auricularia auricula) dan jamur kuping hitam (Auricularia polythrica) banyak dikembangkan di daerah Wonosobo, Temanggung, Magelang, Yogyakarta, Klaten, Mojokerto dan Malang. Dan kelima, jamur Linzhi/reishi (Ganoderma lucidum) ditumbuhkan di Bogor, Lembang dan Bandung.
Masih terbatasnya pasokan jamur Tiram di pasar swalayan maupun pasar tradisional menggambarkan permintaan jamur tiram memang lebih tinggi dibanding dengan penawarannya, peningkatan jumlah permintaan ini seiiring dengan semakin meningkatnya kesadaran konsumen akan arti pentingnya gizi dan kesehatan. Jamur diyakini sebagai bahan pangan yang sehat dengan produksi yang hampir tanpa menggunakan pupuk buatan dan pestisida. Selain itu jamur mempunyai rasa yang enak dan memiliki nilai gizi yang tinggi.
Dalam 10 tahun terakhir nilai ekonomis jamur tiram terus meningkat. Jamur jenis ini sudah lebih dikenal dan memasyarakat dibandingkan jenis jamur lainnya. Permintaan akan produk ini senantiasa meningkat juga disebabkan karena kebutuhan pasar akan produk kian meluas, tak hanya dalam bentuk segar, tetapi juga olahan. Pasar jamur tiram putih sangat potensial. Dengan rasanya yang enak, selain untuk konsumsi dalam negeri, produk ini juga menembus pasar ekspor. Kebutuhan jamur tiram dalam bentuk kering maupun yang telah dikalengkan untuk beberapa negara seperti Singapura, Taiwan, Jepang, Hongkong cukup tinggi. Jangankan memenuhi pasokan tersebut, kebutuhan jamur dalam negeri saja, petani sulit memenuhi permintaannya. Oleh karena itu, penulis ingin membudidayakan jamur tiram khususnya di Yogyakarta agar pasokan jamur tiram mencukupi permintaan pasar. Dimana penulis akan memberikan penawaran harga yang dapat dijangkau oleh pasar, baik dari kalangan ekonomi lemah sampai kalangan ekonomi atas. Selain itu, penulis ingin menggalakkan jamur sebagai makanan yang kaya akan gizi yang dapat membantu penyembuhan berbagai macam penyakit. Terlebih lagi, dengan adanya budidaya jamur tiram ini, penulis dapat membuka lapangan kerja baru bagi penduduk sekitar karena suatu usaha budidaya jamur cukup memerlukan tenaga kerja yang banyak. Misalnya, sebagai supir, pemetik, dan pengemas. Dengan adanya lapangan kerja baru, usaha budidaya jamur dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar tempat budidaya jamur tiram.
Harga jamur tiram putih di pasaran bervariasi sekitar Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per baglog. Ada juga yang menjual Rp 12.000 per kg untuk partai, atau harga eceran hingga Rp 14.000 per kg. Permintaan akan produk ini senantiasa meningkat juga disebabkan karena kebutuhan pasar akan produk kian meluas, tak hanya dalam bentuk segar, tetapi juga olahan berpotensi mendapatkan keuntungan yang cukup besar.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar